Pages

Pengalaman Menarik Seputar Beasiswa MORA Language Course

Banyak orang bilang kalau kamu mampu hidup di ibu kota sama saja kamu sudah mampu hidup di negara manapun di dunia. Jakarta yang menjadi capital city dari Indonesia telah menantangmu untuk menjadi manusia yang maju atau tertinggal? Bertahan atau tertendang? Karena selain biaya hidup mahal, tersedianya berbagai macam akses, jalanan ramai dan macet, tingginya gap antara yang kaya dan miskin, dan masalah-masalah lain yang membuat penulis tertantang untuk memilih lokasi kursus di Indonesia Australia Language Foundation (IALF) Jakarta sebagai implementasi biaya yang diberikan oleh MORA Scholarship. Ada beberapa hal yang membuat saya terkesan saat saya mendapatkan kesempatan beasiswa kursus bahasa asing tersebut.

Pertama, MORA Scholarship mengajarkan saya kemandirian dalam menetukan lokasi kursus. Dalam kursus ini, saya memilih kursus International English Language Testing System (IELTS) karena saya ingin melanjutkan studi ke Australia. Jadi saya pikir lebih tepat jika saya memilih IALF. IALF memiliki 3 kantor di Indonesia, yakni Bali, Surabaya dan Jakarta. Kalau lokasi IALF Jakarta berada di Plaza Kuningan, Menara Selatan, 3rd floor, Jl. H.R. Rasuna Said Kav C 11-14. Kemudian kalau di Surabaya berada di Jl. Sumatera 49 Surabaya, dan terakhir Jl. Raya Sesetan 190 Denpasar Bali. Tiga kota besar tersebut sebagai pengelola kursusnya, namun untuk pelaksanaan tes IELTS itu sendiri, kita bisa mencarinya diberbagai lokasi di Indonesia seperti Malang, Jogja, Makasar, Medan, Jabodetabek dan termasuk tempat kursus tersebut.

Saat saya kursus IELTS, saya mengambil kursus intensif selama 2 minggu dengan durasi waktu 50 jam. Kelas dimulai pukul 09.00 hingga 15.45 dengan waktu break 12.00 sampai 13.00. Jika kita tidak punya waktu libur selama 2 minggu, kita bisa mengambil jam kursus sore dengan durasi 2-3 jam selama pertemuan, namun dilakukan selama sebulan. Yang jelas jika kita mengambil kursus dengan biaya 4.100.000 berarti kita akan kursus selama durasi 50 jam. Karena sudah agak lama, saya agak lupa menjelaskan jenis kursus dan waktu yang bisa kita ambil bagaimana, maka lihat saja langsung link-nya (http:/www.ialf.edu).

Kedua, MORA Scholarship mengajarkan saya kemandirian dalam mengelola budget keuangan. Budget yang diterima oleh penerima beasiswa kursus MORA angkatan saya (Januari – Maret 2015) berbeda-beda. Ada yang mendapat 5.500.000., 6.000.0000, bahkan ada yang 7.000.000. Menurut hemat saya berdasarkan percakapan dengan teman-teman, MORA memberikan biaya teresebut berdasarkan biaya yang dulu kita ajukan ke MORA karena pemberi beasiswa memberi kesempatan kita untuk memilih kursus bahasa asing yang kita inginkan dan dimanapun tempatnya, namun MORA memberikan rekomendasi tempatnya sesuai yang mereka list, seperti di LIA, TBI, IALF dan lain-lain yang pernah saya sebutkan pada artikel sebelumnya.

Selanjutnya, saya memiliki teman-teman baru khususnya anak-anak Jakarta, namun mereka sangat variatif. Ada yang sudah bekerja di Kementrian Perekonomian (Kemenko), ada yang dari Kemensos, ada dosen, ada alumni UI, ITS dan berbagai macam usia dan latar belakang pekerjaan. Namun secara umum, tujuan mereka mengikuti kursus IELTS ialah supaya melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka untuk mencapai skor IELTS yang mereka targetkan, tentunya mencapai skor minimal yang kampus tujuan mereka syaratkan. Ini dulu ya cerita saya. Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment

Komen Anda akan melalui tahap moderasi oleh admin (Your comment is under moderation)